3.1.a.9. Koneksi Antar materi
Pendidikan yang terintegrasi
Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang lebih kita kenal Ki Hajar Dewantara adalah bapak pendidikan Indonesia. Pada tahun 1922 beliau mendirikan perguruan nasional Taman Siswa di Yogyakarta. Asas pendidikan yang menjadi panutan pendidikan Indonesia lebih dikenal dengan sebutan patrap triloka, yang terdiri tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Ingarso Sung tulodo dalam bahasa Indonesia "di depan memberikan contoh", sebagai seorang pendidik kita diberikan amanah besar sebagai seorang teladan yang bisa memberikan contoh baik kepada murid kita. Terlebih pada perkembangan zaman dewasa ini, segala bentuk informasi sangat mudah kita dapatkan melalui media elektronik maupun media massa khususnya dunia maya atau internet. Filterisasi informasi terkadang luput dari perhatian baik sisi keluarga, masyarakat bahkan sekolah. Banyak sekali informasi baik bermanfaat dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan dunia pendidikan Indonesia secara umum, namun tidak sedikit informasi yang menjerumuskan murid anak-anak kita ke dalam budaya baru yang secara Sengaja maupun tidak sengaja memberikan pendidikan yang yang kurang baik bahkan cenderung anarkis dan bertentangan dengan norma agama, sosial bahkan peraturan perundang-undangan. Disinilah peran seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai peran sentral pada dunia pendidikan di kelas khususnya untuk memberikan teladan baik Bagaimana kita bisa mengambil keputusan dalam menentukan hal-hal yang yang penting khususnya dalam perkembangan dunia pendidikan. Ing Madyo Mangun Karso artinya ditengah membangkitkan semangat, dan Tut Wuri Handayani Artinya dibelakang memberi dorongan. Patrap triloka dari Ki Hajar Dewantara memberikan kita tuntunan dalam mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pendidik harus berpihak kepada murid.
Nilai-nilai yang dimiliki seorang guru penggerak terdiri atas Mandiri reflektif, kolaboratif inovatif dan berpihak kepada murid. Kemandirian adalah nilai utama sebuah landasan yang harus dimiliki seorang guru untuk mampu menjadi seorang pendidik yang bisa memberikan bimbingan dan arahan kepada murid dalam menuntun segala kodrat dan kekuatan yang dimiliki oleh murid masing-masing individu. Dalam setiap pengambilan keputusan seyogyanya seorang guru penggerak selalu melakukan refleksi terhadap Apa yang dilakukan guna melihat hasil yang sudah dicapai untuk melakukan perbaikan dan dan penyempurnaan keputusan-keputusan yang sudah diambil untuk pendidikan yang berpihak kepada murid. Kolaboratif sangat diperlukan di dalam sistem pendidikan , mengingat jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Dalam satuan pendidikan terdiri atas pemimpin satuan pendidikan dan warga yang ada pada ekosistem sekolah tersebut, kolaborasi adalah hal yang wajib dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran yang secara terintegrasi dan berpihak kepada murid. Inovasi diharapkan muncul dari seorang guru penggerak untuk melakukan terobosan sebagaimana gerakannya, yaitu bergerak bergerak dan menggerakkan, Pada tahapan menggerakkan inilah dibutuhkan inovasi proses pembelajaran yang berpihak kepada murid untuk peningkatan pendidik. Dan yang pasti nilai seorang guru penggerak harus pasti berpihak kepada murid. Pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin pelajaran harus didasari pada nilai-nilai guru penggerak yang tersebut di atas, sehingga peningkatan kompetensi peningkatan kualitas hasil pembelajaran di satuan pendidikan seperti yang direncanakan dan Dan tercapai dengan dasar pada Merdeka belajar.
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang didapatkan pada pendidikan guru penggerak berkaitan dengan coaching. Pada perkembangannya model yang yang diadopsi pada ada kegiatan coaching adalah model Tirta. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Kepanjangan dari Tirta itu sendiri adalah :
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
dari bimbingan dan Pemahaman konsep dari pendamping praktik dan fasilitator calon guru penggerak mampu memahami mengerti kemudian mempraktekkan dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan masing-masing. Hal yang sangat menjadi perhatian pada proses coaching adalah kesamaan derajat, tidak ada salah satu pihak baik coach maupun chochee yang lebih tinggi, semuanya sama. Dan coach tidak memberikan pernyataan maupun gagasan dari solusi yang akan diberikan kepada chochee, namun membantu menggali potensi diri nilai-nilai positif dan dan kekuatan yang dimiliki chochee untuk bisa menemukan solusi dari permasalahannya sendiri.
Penerapan kegiatan Coaching juga sangat relevan dengan perkembangan dunia pendidikan pada saat ini di mana keterampilan abad 21, yaitu 4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration, Creativity) pastilah muncul pada diri setiap chochee (murid, teman guru sejawat maupun yang lain) sehingga dalam mengarungi pembelajaran pada abad 21 pendidikan Indonesia secara bertahap akan mampu bisa mengikuti dan menyelaraskan dengan pendidikan internasional.
Dalam peran pengambilan keputusan sebagai pemimpin pelajaran, praktek choaching memberikan solusi positif bentuk bisa menentukan keputusan yang efektif dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan. Dengan menggunakan teknik Tirta yang sudah dijelaskan sebelumnya, seorang pendidik mampu untuk memetakan kekuatan dan nilai positif yang dimiliki oleh murid guna membimbing sesuai dengan kekuatan dan kemampuan setiap individu murid di kelas, sehingga mereka bisa mendapatkan layanan pendidikan kan sesuai dengan pemetaan yang sudah dilakukan setiap pendidik. Murid-murid akan mampu belajar dengan efektif sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar serta profil yang mereka miliki setiap individu masing-masing. Keputusan ini sangat penting dalam proses pembelajaran kedepan karena menentukan Bagaimana nasib pendidikan setiap individu murid-murid kita untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan setinggi-tinggi mereka baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Dalam realitanya sebagai seorang pendidik di dalam satuan pendidikan tidaklah asing menemukan sebuah kasus yang itu pasti nyata dan dialami setiap individu seorang pendidik. Terkadang kita tidak memperhatikan apa yang kita hadapi tersebut adalah sebuah kasus yang berbeda, ada sebuah kasus dengan kondisi dua pilihan yang saling bertolak belakang yaitu benar melawan salah yang biasa disebut dengan bujukan moral, dan ada kasus yang menghadapkan dua pilihan dan yang ternyata kedua-duanya benar yang disebut dengan Dilema etika. Dalam realitanya terkadang pendidik lebih memperhatikan aspek perasaan maupun kemanusiaan yang diambil dalam keputusan akhir, sedangkan sebenarnya secara konsep ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, antara lain :
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
- Pengujian benar atau salah
- Uji Legal
- Uji Regulasi/Standar Profesional
- Uji Intuisi
- Uji Publikasi
- Uji Panutan/Idola
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
- Melakukan Prinsip Resolusi
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
- Investigasi Opsi Trilema
- Buat Keputusan
- Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Pengambilan keputusan berdasarkan langkah 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan, dan akan mendapatkan sebuah solusi pengambilan keputusan yang efektif, positif, kondusif aman dan nyaman bagi lingkungan ekosistem di satuan pendidikan. Hal ini sangat beralasan karena pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sudah mengakomodir semua prinsip, paradigma dan yang pasti Dilema yang muncul bila didapatkan dua opsi yang sama-sama benar, namun harus menentukan satu pilihan dengan pengujian yang dilakukan. Pengambilan keputusan ini sangat penting dalam realita seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dan satuan pendidikan masing-masing. Dengan terciptanya atau pengambilan keputusan yang efektif dan berpihak kepada peserta didik/ murid maka akan didapatkan kondisi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada era digitalisasi dan mengarungi pembelajaran abad 21.
Permasalahan yang muncul pada lingkungan ekosistem sekolah terhadap keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan prinsip maupun paradigma dalam pengambilan keputusan adalah hal yang wajar dan pasti terjadi. Namun dengan penerapan 9 konsep pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan akan memberikan dampak yang sangat baik bagi pengambilan keputusan karena keputusan yang diambil akan membawa kepada pendekatan terhadap kebutuhan semua pihak Meskipun tidak mungkin semua pihak akan merasa ter akomodir semuanya. Namun yang pasti kita sebagai pendidik yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran mampu meminimalisir kesenjangan maupun masalah yang timbul dari keputusan yang kita ambil bila kita menerapkan hal ini. Dengan masih adanya masalah dan kendala dalam pengambilan keputusan, dan sekiranya kita bisa melakukan refleksi dari nilai-nilai seorang calon guru penggerak yang bisa menjadikan perbaikan pada keputusan yang selanjutnya.
Bagaimana Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah upaya secara sadar menuntun tumbuh kembang anak atas segala kodrat yang yang dimiliki agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dengan kita mengambil keputusan yang sudah berpihak kepada murid secara nyata kita sudah mengimplementasikan apa yang sudah menjadi Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan dalam perkembangan pendidikan sekarang oleh Mas menteri lebih dikenal dengan Merdeka belajar. Segala bentuk pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran di kelas dan satuan Pendidikan haruslah mengacu kepada nilai dan peran, pemetaan kebutuhan belajar murid dan berpihak kepada murid. Dengan adanya keputusan-keputusan tersebut maka program yang dicanangkan oleh pemerintah akan berjalan dengan baik dan terlaksana sebagaimana program tersebut yaitu Merdeka belajar Indonesia maju.
Pengambilan keputusan yang berpihak kepada murid akan memberikan dampak luar biasa terhadap masa depan Pendidikan Indonesia, Hal ini sesuai dengan keinginan, kemampuan dan dan kebutuhan belajar yang setiap murid mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan adanya pendidikan yang mengarah pada ada kebutuhan belajar murid, nantinya sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan memenuhi standar yang diharapkan dan bisa menjadi sebuah bangsa yang maju bangsa yang dapat beradab jadikan kemajuan bagi seluruh bangsa. Program pemerintah Merdeka belajar adalah bentuk upaya nyata dari strategi pembelajaran secara nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum di Indonesia sehingga kedepannya pendidikan bangsa Indonesia bisa menyamai bahkan bisa lebih baik dibandingkan bangsa lain di dunia.
Pembelajaran pada materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah pengalaman yang luar biasa dan sangat bermanfaat bagi calon guru penggerak yang bisa menjadikan transformasi pendidikan an-nur menjadi pemimpin-pemimpin pembelajaran di wilayahnya masing-masing dan akan bersinergi membangun pendidikan secara nasional yang utuh dan kokoh untuk perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia. Pendidikan guru penggerak merupakan program pemerintah terbaru yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang dibekali ilmu dan pemahaman serta praktik baik yang langsung diimplementasikan kepada murid di kelas dan satuan pendidikan masing-masing yang berjalan selama 9 bulan. Hasil akhirnya adalah kemampuan yang luar biasa pada setiap pendidik yang mengikuti program guru penggerak Dan harapannya akan tumbuh dan berkembang kualitas dan kompetensi pendidik bangsa Indonesia ini yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Belum ada Komentar untuk "3.1.a.9. Koneksi Antar materi"
Posting Komentar