2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 Bismillah,




Pelaksanaan program pendidikan guru penggerak (PGP) angkatan 2 sudah dah melampaui 70% dari seluruh rangkaian pelaksanaannya, tidak terkecuali pelaksanaan untuk calon guru penggerak di Kabupaten Dompu provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan selesainya pembelajaran sesi modul 2.3 coaching pada modul 2 praktek pembelajaran yang berpihak kepada murid.  Di akhir sesi ini akan dilaksanakan postes paket modul 2 untuk mengukur ketercapaian proses pembelajaran selama lebih kurang 2 bulan pembelajaran  modul 2 praktek pembelajaran berpihak kepada murid. Pada sesi materi modul ini membahas secara lengkap pembelajaran berdiferensiasi bisa dilakukan sebagai wujud praktek pembelajaran berpihak kepada murid.  Pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari pemetaan kebutuhan yang yang harus dilakukan oleh pendidik untuk memenuhi kebutuhan setiap individu murid-murid di kelas,  sebelum secara cara lengkap dibahas mengenai kebutuhan belajar murid kita telaah dulu arti dan pengertian dari pelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian pembelajaran berdiferensiasi tidak serta merta menjadikan pembelajaran yang harus membuat perencanaan pembelajaran dari 32 siswa satu kelas menggunakan 32 cara yang berbeda,  tidak juga kita harus memberikan penilaian yang lebih Ih banyak soalnya kepada siswa yang lebih cepat dalam menerima dan menyelesaikan pembelajaran atau pembelajaran ini harus dilakukan secara secara chaostic/semrawut karena harus melakukan keturunan atau bimbingan kepada 1 anak dengan yang lain berbeda dalam waktu yang sama.

Pada pelaksanaan pembelajaran sesi modul 2 praktek pembelajaran berpihak pada murid terdapat tiga modul pertama modul 2.1 memenuhi kebutuhan belajar murid Melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. keputusan  tersebut adalah  ciptaannya lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar, adanya tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, dilakukan penilaian secara berkelanjutan, adanya respon kebutuhan belajar murid, dan dilakukannya manajemen kelas yang efektif. Seluruh  seluruh keputusan tersebut bisa diakomodir dengan memetakan kebutuhan belajar murid sebelumnya,  ada tiga aspek menurut Tomlinson yaitu kesiapan belajar (readiness) murid,  minat murid dan profil belajar murid.

Aspek kesiapan belajar readiness murid dapat digambarkan  seperti tombol-tombol pada equalizer mewakili beberapa perspektif kontinu yang digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid

Keterangan gambar: Adaptasi dari “The Equalizer” (Tomlinson)

Aspek minat murid dalam pemetaan kebutuhan belajar murid memiliki tujuan diantaranya membantu murid menyadari apa yang cocok dengan gaya belajar setiap individu, bisa menunjukkan hubungan antar setiap pembelajaran, menggunakan keterampilan dimiliki setiap individu dan meningkatkan motivasi belajar.  Beberapa ide yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat diantaranya : meminta murid untuk memilih dengan mendemonstrasikan berupa lagu pertunjukan tarian atau yang sesuai dengan minat mereka,  menggunakan teknik-teknik Jigsaw,  membuat kegiatan sehari di tempat kerja  dan bisa juga membuat model.
Aspek profil belajar murid lebih terkait pada beberapa faktor seperti bahasa, budaya dan keluarga. Profil belajar bisa menjadi pendekatan yang disukai oleh murid dalam proses pembelajaran yang akan dipengaruhi oleh pola berpikir kecerdasan budaya dan latar belakang mereka masing-masing.  Beberapa yang bisa dijadikan dasar dalam pemetaan kebutuhan murid sesuai aspek profil belajar murid antara lain  lingkungan, pengaruh budaya,  visual,  auditori dan kinestetik. Di akhir sesi modul 2.1  cgp diminta untuk melakukan aksi nyata lakukan proses pembelajaran berdiferensiasi di depan kelas masing-masing dengan acuan rencana na pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang di sudah dibuat sebelumnya pada demonstrasi kontekstual.

kedua modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional. tentang pembelajaran sosial dan emosional yang mengacu pada kolaborasi akademik dan pembelajaran sosial dan emosional  (CASEL). Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah.  Pembelajaran sosial dan emosional sendiri diharapkan bisa memberikan pemahaman Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi menerapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. Pelaksanaan pembelajaran sosial dan emosional bisa diberikan dalam tiga ruang lingkup yaitu :  

  1. rutin  pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang
  2. terintegrasi dalam mata pelajaran melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
  3. protokol menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.

Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh (Mindfulness- Based Social Emotional Learning). Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas. teknik STOP adalah salah satunya. STOP sendiri merupakan sebuah akronim yang jika dideskripsikan meliputi langkah-langkah berikut:

  • Huruf S diambil dari kata “Stop” yang mengandung makna “Berhenti”. Kita coba untuk menghentikan segala aktivitas yang sedang dilakukan. Memberikan diri kita waktu 5 – 10 menit untuk menjeda atau menghentikan aktivitas.
  • Huruf T bermakna “Take a deep Breath” yang megandung arti “Tarik nafas dalam”. Secara sadar kita rasakan nafas masuk dan keluar. Merasakan udara yang dihirup masuk ke dalam hidung dan merasakan hangatnya udara yang keluar melalui mulut. Lakukan menarik dan mengeluarkan nafas beberapa kali 2-3 kali. Udara yang ditarik dan dialirkan tubuh merupakan sumber energy positif dan udara yang dikeluar lewat mulut dianalogikan dengan mengeluarkan energy negative. Posisi diam yang dilakukan oleh setiap orang bisa berbeda-beda; sambil duduk di kursi, bersila di atas matras yang hangat atau mungkin bisa sambil terlentang.
  • Huruf “O” diambil dari kata “Observe” yang berarti “Amati”. Amati perubahan dada yang membusung akibat terpenuhinya oleh udara yang ditarik dan perut yang mengempes akibat buangan napas kita. Amati apa yang terasa dan terjadi pada tubuh kita. Amati segala macam kejadian baik itu negative ataupun positif, baik bersumber dari sendiri maupun dari orang lain. Menenangkan pikiran dan memberikan waktu kepada diri untuk menerimaapa yang telah terjadi.
  • Huruf “P” diambil dari kata “Proceed” yang artinya “Lanjutkan”. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif. Melanjutkan aktivitas ketika kondisi terjadi telah teras normal dan pikiran telah focus kembali.

Secara saintifik, latihan mindfulness yang konsisten akan memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran.

Gambar: Hubungan Mindfulness dan Empati dan Resiliensi (Hawkins, 2011)

Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran Penuh




5 Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

Di akhir modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional CGP diminta untuk melakukan aksi nyata proses pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dengan acuan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat pada sesi demonstrasi kontekstual hasilnya akan diunggah di LMS yang sudah ditentukan waktunya

modul 2.3 coaching.  Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan Pada kurun waktu hampir 2 bulan selama mempelajari modul 2 ini. sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu: Kemitraan, Memberdayakan dan Optimalisasi. empat kelompok kompetensi dasar
bagi seorang coach yaitu:
  1. keterampilan membangun dasar proses coaching
  2. keterampilan membangun hubungan baik
  3. keterampilan berkomunikasi
  4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. 4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan: 
  1. Hubungan saling mempercayai
  2. Menggunakan data yang benar
  3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
  4. Rencana tindak lanjut atau aksi
empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching :
  1. Komunikasi Asertif
  2. Pendengar aktif
  3. Bertanya Efektif
  4. Umpan Balik Positif
model coaching model TIRTA untuk konteks pendidikan. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan) : coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.
TIRTA kepanjangan dari
  • T: Tujuan
  • I: Identifikasi
  • R: Rencana aksi
  • TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan
murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir
potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir,
tanpa sumbatan.
Coaching model TIRTA

Refleksi model 2 praktek pembelajaran berpihak pada murid.

Setelah melakukan aksi  nyata pada masing-masing modul baik modul 2.1, 2,2 dan 2.3,  saya pakai calon guru penggerak  sangat terbantu dan mendapatkan ilmu yang luar biasa,  yang menjadikan pemahaman dan aksi nyata mengimplementasikan teks pembelajaran di dalam kelas yang berpihak kepada murid.  Pada modul 2.1 pembelajaran berdiferensiasi,  Setelah melakukan pembelajaran di sesi modul ini ini sampai pada akhirnya melakukan aksi nyata praktek pembelajaran berdiferensiasi di kelas saya baru menyadari relevansi kebutuhan peserta didik atau murid itu sangat majemuk dan harus diberikan apresiasi terhadap kebutuhan setiap individu murid di dalam kelas.  Modul ini juga memberikan alternatif dan strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi yang dititikberatkan pada pemetaan kebutuhan setiap individu murid.  Dengan pembelajaran berdiferensiasi sangat membantu saya sebagai pendidik memberikan hak pendidikan setiap siswa,  karena tanpa kita sadari selama ini kita terpaku pada model atau strategi atau keinginan kita dalam melakukan proses pembelajaran tanpa memperhatikan lebih luas lagi kebutuhan setiap individu murid.  Dan pastinya respon positif didapatkan setiap individu dari murid-murid saya dengan pembelajaran dilakukan menggunakan model pembelajaran berdiferensiasi.

Pada modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional memberikan saya gambaran Bagaimana saya harus bisa memposisikan diri sebagai Pamong posisi kontrol sebagai manajer  menuntun setiap murid untuk melakukan proses pembelajaran sosial emosional yang ber kesadaran penuh (readiness).  Salah satu paling sederhana dalam melaksanakan proses pembelajaran sosial emosional adalah menerapkan proses STOP  di sela-sela proses pembelajaran di kelas.  Kegiatan ini sangat sederhana dan bisa menuntun anak didik kita atau murid untuk melakukan pembelajaran sosial emosional secara penuh dan secara sadar untuk memaksimalkan proses pembelajaran.  Dengan 5 kompetensi sosial emosional akan membawa proses pembelajaran ngomongnya pembawa pada keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya murid kita baik sebagai siswa sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Pada modul 2.3 Coaching  Hal pertama yang saya dapatkan adalah mampu membedakan coaching mentoring dan konseling.  Dalam proses pendidikan sesuai dengan tujuan yang disampaikan oleh  Ki Hajar Dewantara wa pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang dimiliki oleh anak untuk mendapatkan  keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya  baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.  coaching  menuntun coachee (siswa ataupun orang lain)  menuntun mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapi.
Dengan proses pembelajaran pada sesi modul 2 ini praktek pembelajaran berpihak kepada murid,  saya sebagai CGP  akan melakukan perbaikan Dalam proses pembelajaran untuk bisa memaksimalkan proses pembelajaran di kelas yang berpihak kepada.

Belum ada Komentar untuk "2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel